Mengenal Lebih Jauh Stigma Kesehatan Mental di Indonesia
Di Indonesia, topik kesehatan mental seringkali menjadi bahan tabu. Mengutip penelitian dari Pusat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (2018), diketahui bahwa sekitar 9 juta penduduk Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Ironisnya, stigma masyarakat terhadap kesehatan mental justru semakin menghambat proses penyembuhan. Menurut Dr. Nova Riyanti Yusuf, seorang psikiater dan anggota DPR RI, "Stigma ini sering membuat orang takut mencari bantuan dan akhirnya tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan."
Stigma ini bisa berbentuk diskriminasi, prasangka, dan stereotip negatif. Misalnya, anggapan bahwa orang dengan gangguan kesehatan mental adalah orang yang ‘gila’ atau ‘tidak normal’. Stereotip semacam ini tentu sangat merugikan, dan bisa merusak citra diri dari orang yang berjuang dengan masalah kesehatan mental.
Bagaimana Stigma Mempengaruhi Proses Penyembuhan Kesehatan Mental
Stigma terhadap kesehatan mental di Indonesia mempengaruhi proses penyembuhan dengan beberapa cara. Sebagai contoh, stigma yang ada dapat menjadi halangan bagi individu untuk mencari bantuan dan perawatan. Dr. Yeni Rosa Damayanti, Ketua Umum Perhimpunan Jiwa Sehat, menekankan, "Stigma ini bisa menghancurkan semangat seseorang untuk sembuh dan mencegah mereka dari mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan."
Selain itu, stigma ini juga bisa menimbulkan rasa malu dan rasa takut. Akibatnya, banyak orang yang menderita gangguan kesehatan mental justru memilih untuk menyembunyikan kondisinya, dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Ini tentu sangat merugikan, karena penanganan yang tepat dan segera sangat penting dalam proses penyembuhan gangguan kesehatan mental.
Pada akhirnya, stigma kesehatan mental di Indonesia harus kita kurangi untuk mendukung proses penyembuhan. Menurut pakar kesehatan mental, Dr. Suryani, "Kita harus memahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, dan orang dengan gangguan kesehatan mental berhak mendapatkan perawatan dan dukungan yang layak." Dengan mengurangi stigma dan membantu mereka yang membutuhkan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan suportif bagi semua orang.